dari hati panjang

Sunday, September 10, 2006

Dalam doaku




dalam doaku subuh ini kau menjelma langit

yang semalaman tak memejamkan mata,

yang meluas bening siap menerima cahaya pertama,

yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara


ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,

dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa,

yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil

kepada angin yang mendesau entah dari mana


dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja

yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis,

yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu,

yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu


magrib ini dalam doaku

kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana,

bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu,

dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya

di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku


dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,

yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya,

yang setia mengusut rahasia demi rahasia,

yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku


aku mencintaimu,

itu sebabnya aku takkan pernah selesai

mendoakan keselamatanmu




Sapardi Djoko Damono, 1989


Sunday, September 03, 2006

Di Restoran


kita berdua saja, duduk
aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
kau entah memesan apa
aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras


kau entah memesan apa
tapi kita berdua saja, duduk
aku menahan rasa sakit yang tak putus
dan nyaring lengkingnya
menahan rasa lapar yang asing itu....




*Prof SDD, thx for this beautiful poem*


Aku Ingin

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu


aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada


*salute to SDD*